Ruang Luwuk– Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, akhirnya bisa bernafas lega. Setelah beberapa bulan sebelumnya harga beras menjadi pemicu inflasi, kini komoditas pangan utama tersebut tidak lagi mendominasi penyumbang kenaikan harga di daerah itu.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah, inflasi Luwuk pada September 2025 tercatat sebesar 0,32 persen month to month (mtm), dengan inflasi year on year (yoy) mencapai 4,90 persen. Plt Kepala BPS Sulteng, Imron Taufik J Musa, menjelaskan bahwa sumber tekanan inflasi kali ini berasal dari bahan bakar rumah tangga, ikan cakalang, dan ikan deho.
“Beras tidak lagi menjadi penyumbang inflasi utama pada September 2025, berbeda dengan bulan Juli dan Agustus lalu,” ungkap Imron, Rabu (1/9/2025).
Panen Padi Jadi Angin Segar
Bergesernya penyumbang inflasi dari beras ke komoditas lain tidak lepas dari siklus panen padi di Kabupaten Banggai. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPHP) Kabupaten Banggai, Subhan Lanusi, menuturkan bahwa sejak Juli lalu petani sudah memulai penanaman padi, dan kini hasilnya mulai terlihat di lapangan.
Setiap pengiriman beras melalui kapal feri rute Pagimana–Gorontalo, bisa mencapai 17,5 ton sekali angkut. Hal ini membuat stok di pasar lokal relatif lebih stabil, sehingga harga beras tidak lagi melonjak tajam.
Inflasi Bergeser ke Energi dan Ikan Laut
Meskipun beras tak lagi jadi penyumbang inflasi, tantangan baru muncul. Menurut BPS, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga kini menjadi salah satu faktor utama pendorong inflasi. Kenaikan harga BBM ini berdampak domino, terutama pada biaya transportasi dan logistik, termasuk distribusi hasil pertanian dan perikanan.
Selain itu, ikan laut seperti cakalang dan deho ikut memicu kenaikan harga. Kondisi cuaca yang memengaruhi hasil tangkapan nelayan diduga menjadi penyebab pasokan ikan berkurang, sementara permintaan tetap tinggi. Tidak heran, harga kedua jenis ikan tersebut naik signifikan di pasaran.
Baca Juga: Pemkab Banggai–PLN UPP Luwuk Teken Kerja Sama Pemungutan PBJT Tenaga Listrik
Pelajaran dari Pola Inflasi
Fenomena bergesernya penyumbang inflasi di Luwuk Banggai memberi gambaran bahwa di daerah tidak hanya dipengaruhi oleh satu komoditas, melainkan oleh kombinasi faktor pangan, energi, dan distribusi.
“Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Artinya, ketika harga komoditas tertentu terkendali, ada potensi komoditas lain yang bisa menjadi sumber tekanan baru,” jelas Imron dari BPS.
Sementara itu, pada sektor perikanan, diperlukan strategi menjaga suplai ikan tangkapan, termasuk dukungan sarana nelayan dan penguatan rantai distribusi. Dengan begitu, harga ikan di pasaran dapat lebih terkendali, meskipun terjadi perubahan cuaca atau fluktuasi hasil tangkapan.
Meski beras sudah tak lagi menjadi kambing hitam di Banggai, pekerjaan rumah baru muncul dari sektor energi dan perikanan. Bagaimanapun, menjaga tetap rendah dan stabil adalah kunci agar daya beli masyarakat tidak semakin tergerus.